Profil Desa Pegalongan
Ketahui informasi secara rinci Desa Pegalongan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pegalongan, Patikraja, Banyumas. Mengupas dinamika ekonomi dari pertanian, industri bata merah, hingga peran vital Jembatan Merah sebagai ikon konektivitas di tepian aliran Sungai Serayu yang subur namun menantang.
-
Pusat Industri Bata Merah
Desa ini dikenal luas sebagai salah satu sentra utama produksi bata merah berkualitas di Banyumas, yang menjadi pilar ekonomi non-pertanian bagi ratusan warganya.
-
Lokasi Strategis di Tepi Sungai Serayu
Seluruh aspek kehidupan, mulai dari geografi, ekonomi pertanian, hingga tantangan bencana banjir, sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Serayu.
-
Jembatan Merah sebagai Ikon Konektivitas
Memiliki Jembatan Merah yang menjadi infrastruktur vital, menghubungkan Kecamatan Patikraja dengan kecamatan lain dan menjadi simbol kemajuan desa.

Desa Pegalongan merupakan sebuah wilayah yang hidup dan berdenyut di sepanjang tepian Sungai Serayu, sungai terbesar di Jawa Tengah. Berada di bawah administrasi Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, desa ini menampilkan karakteristik unik yang dibentuk langsung oleh aliran sungai yang melintasinya. Pegalongan bukan hanya sekadar pemukiman agraris; ia ialah sebuah pusat industri kerajinan rakyat yang vital, khususnya sebagai produsen bata merah. Dipadukan dengan keberadaan Jembatan Merah yang ikonik, profil Desa Pegalongan menjadi cerminan dari kerja keras, adaptasi lingkungan dan konektivitas yang terus tumbuh.
Geografi dan Demografi: Hidup Selaras dengan Aliran Sungai Serayu
Secara geografis, Desa Pegalongan terletak di dataran rendah aluvial yang subur, sebuah anugerah langsung dari endapan sedimen yang dibawa oleh Sungai Serayu selama ribuan tahun. Posisi ini memberikan keuntungan luar biasa bagi sektor pertanian. Namun lokasi di tepi sungai besar juga menghadirkan tantangan yang melekat, yaitu kerentanan terhadap bencana banjir, terutama saat musim penghujan ketika debit air Sungai Serayu meningkat drastis.
Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Patikraja dalam Angka 2020" oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, Desa Pegalongan memiliki luas wilayah 1,51 kilometer persegi (1,51 km2). Data yang sama mencatat jumlah penduduk sebanyak 4.706 jiwa. Dengan demikian, dapat dihitung bahwa kepadatan penduduk Desa Pegalongan mencapai angka yang sangat tinggi, yakni sekitar 3.116 jiwa per kilometer persegi (3.116 jiwa/km2). Angka ini mengindikasikan bahwa Pegalongan merupakan desa yang sangat padat, di mana lahan dimanfaatkan secara intensif untuk pemukiman dan pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti pembuatan bata merah.
Pola pemukiman warga cenderung terkonsentrasi di area yang dianggap lebih aman dari jangkauan banjir langsung, sementara lahan-lahan di bantaran sungai dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian dan aktivitas ekonomi lainnya. Kehidupan masyarakat desa ini berjalan selaras dengan ritme sungai, sebuah hubungan simbiosis yang mendefinisikan karakter sosial dan ekonomi mereka.
Ekonomi Berbasis Sumber Daya: Dari Sawah Subur hingga Industri Bata Merah
Perekonomian Desa Pegalongan berdiri di atas fondasi sumber daya alam yang melimpah. Dua sektor utama yang menjadi penopang kehidupan warga yaitu pertanian dan industri bata merah.
Sektor Pertanian: Lahan sawah yang subur di sepanjang aliran sungai menjadi aset utama. Petani di Pegalongan dapat menanam padi beberapa kali dalam setahun, didukung oleh ketersediaan air yang cukup. Selain padi, lahan tegalan juga dimanfaatkan untuk menanam palawija seperti jagung dan sayur-mayur, yang hasilnya tidak hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga dipasarkan ke berbagai wilayah di Banyumas.
Industri Bata Merah: Inilah yang menjadi ciri khas utama dan membedakan Desa Pegalongan. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi bata merah terbesar dan tertua di Kabupaten Banyumas. Tanah liat berkualitas tinggi yang berasal dari endapan Sungai Serayu menjadi bahan baku utama. Di sepanjang desa, pemandangan tumpukan bata yang sedang dijemur dan kepulan asap dari tungku pembakaran menjadi hal yang lazim. Industri ini bersifat padat karya, menyerap ratusan tenaga kerja dari dalam dan luar desa, mulai dari pencetak, penjemur, hingga pembakar bata. Aktivitas ekonomi ini telah berjalan turun-temurun dan menjadi sumber pendapatan andalan bagi banyak keluarga, membentuk sebuah ekosistem industri kerakyatan yang kuat.
Selain dua sektor tersebut, aktivitas ekonomi lain yang terkait dengan sungai yaitu penambangan pasir dan batu. Meskipun memberikan pendapatan bagi sebagian warga, kegiatan ini juga memerlukan pengawasan ketat untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sungai.
Jembatan Merah: Urat Nadi Konektivitas dan Ikon Desa
Salah satu penanda fisik paling menonjol di Desa Pegalongan yaitu keberadaan Jembatan Merah. Jembatan ini bukan sekadar struktur beton dan baja, melainkan urat nadi vital yang menghubungkan Kecamatan Patikraja dengan wilayah di seberang Sungai Serayu, seperti Kecamatan Rawalo. Sebelum adanya jembatan ini, transportasi sangat bergantung pada perahu penyeberangan tradisional (gethek).
Pembangunan Jembatan Merah telah membuka isolasi wilayah, memperlancar arus barang, jasa, dan manusia secara signifikan. Bagi para pengusaha bata merah, jembatan ini mempermudah dan menekan biaya distribusi produk mereka ke pasar yang lebih luas. Bagi masyarakat umum, akses menuju pusat pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan di Purwokerto menjadi jauh lebih cepat dan efisien.
Warna merah menyala yang melapisi kerangka baja jembatan membuatnya sangat ikonik dan mudah dikenali, sehingga seringkali disebut "Jembatan Merah Pegalongan". Keberadaannya telah menjadi simbol kemajuan, konektivitas, dan kebanggaan bagi warga desa, serta menjadi latar yang sering muncul dalam dokumentasi visual mengenai wilayah ini.
Pemerintahan dan Tantangan Lingkungan
Pemerintah Desa Pegalongan mengemban tugas yang kompleks. Di satu sisi, mereka harus mendukung dan membina potensi ekonomi yang besar, terutama industri bata merah dan sektor pertanian. Ini mencakup upaya menjaga stabilitas pasokan bahan baku, memfasilitasi akses permodalan bagi para perajin, dan membantu dalam pemasaran.
Di sisi lain, pemerintah desa berada di garis depan dalam menghadapi tantangan lingkungan. Isu utama yaitu manajemen risiko banjir. Bekerja sama dengan dinas terkait dan BPBD, pemerintah desa secara aktif menyosialisasikan pentingnya kesiapsiagaan kepada warga. Program normalisasi sungai, pembangunan tanggul, dan sistem peringatan dini menjadi agenda krusial untuk melindungi pemukiman dan area pertanian.
Tantangan lainnya terkait dengan dampak lingkungan dari industri bata merah dan penambangan pasir. Pemerintah desa berperan dalam memberikan edukasi kepada para pelaku usaha mengenai praktik yang lebih ramah lingkungan, meskipun tantangan ini memerlukan solusi yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak.
Kehidupan Sosial: Semangat Kolektif di Tengah Aktivitas Ekonomi
Kehidupan sosial di Desa Pegalongan diwarnai oleh etos kerja yang tinggi dan semangat kolektif. Industri bata merah, misalnya, seringkali melibatkan kerja sama antar-tetangga atau kerabat, mulai dari proses produksi hingga penjualan. Semangat gotong royong ini menjadi modal sosial yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan.
Komunitas desa sangat aktif, diwadahi oleh organisasi seperti PKK, Karang Taruna, dan kelompok-kelompok pengajian. Kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan rutin diselenggarakan, berfungsi sebagai perekat yang memperkuat jalinan silaturahmi antarwarga. Ketika musim banjir tiba, semangat kebersamaan ini menjadi sangat nyata, di mana warga bahu-membahu untuk saling membantu mengamankan harta benda dan memberikan dukungan kepada mereka yang terdampak.
Visi Masa Depan di Persimpangan Ekonomi dan Ekologi
Desa Pegalongan berdiri sebagai contoh nyata sebuah desa yang mampu mengoptimalkan potensi sumber daya alamnya menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan. Perpaduan antara lahan pertanian yang subur, industri bata merah yang melegenda, dan konektivitas yang dibuka oleh Jembatan Merah telah menempatkan desa ini sebagai salah satu wilayah paling dinamis di Kecamatan Patikraja.
Ke depan, tantangan terbesar bagi Desa Pegalongan ialah menemukan titik keseimbangan antara eksploitasi ekonomi dan kelestarian lingkungan. Inovasi dalam industri bata merah menuju proses yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta penguatan sistem mitigasi bencana banjir, akan menjadi kunci untuk masa depan yang berkelanjutan. Dengan fondasi sosial yang kuat dan etos kerja yang tinggi, Desa Pegalongan memiliki potensi besar untuk terus maju sebagai desa industri yang sejahtera dan tangguh di tepian Sungai Serayu.